Masih ingatkah anda dengan peristiwa peperangan yang paling lama
dan paling menegangkan dalam sejarah? Iya, peperangan itu dikenal dengan nama
“Perang Salib” atau “Crusade.” Yaitu peperangan yang terjadi antara pasukan
kristen (disokong dan dibujuk oleh Yahudi) di satu pihak, berhadapan dengan
pasukan Islam di pihak lain. Pada tahun 1085 M perang salib dimulai. Dinamakan
perang salib karena pasukan nasrani pada saat itu mengenakan pakaian bergambar
salib. Pasukan salib berpusat di Eropa. Salahudin Al Ayubi merupakan panglima
legendaris dalam perang salib. Dialah panglima pasukan Islam yang berhasil
memukul mundur pasukan salib. Sehingga salibis pulang ke eropa dengan tangan
hampa.
Perang Salib
Panglima pasukan kristen bernama Peter sang Pertapa menggerakan
pasukan salib gelombang kedua berjumlah 40.000 orang tentara. Sepanjang
perjalanan tentaranya berbuat liar dan kejahatan. Mereka juga
diperbolehkan melakukan dosa. Peter sang Pertapa mempunyai cita-cita merebut
kota suci Mekkah dari tangan orang-orang Islam, termasuk juga kota Darussalam
(jerussalem) yang di dalamnya terdapat Masjidil Aqsha. Gelombang ketigatentara
salib dipimpin oleh seorang Biarawan Jerman. Bergerak dari Eropa mereka pada
mulanya berhasil merebut sebagian besar daerah Syiria, termasuk kota suci
Yerussalem (Darussalam). Namun, sayang mental pasukan salib yang rusak membuat
penduduk di negeri tsb menjadi sasaran kekejian pasukan salib. Kebrutalan
pasukan kristen melebihi kaum bar-bar. Orang-orang Islam yang sipil dibantai
habis-habisan. Mill, seorang ahli kristen, mengemukakan banyak keterangan
tentang kejahatan tentara salibis. Pada abad ke-12 Masehi (1.200M) ketika
tentara salib berada pada puncak kekejian, raja-raja Jerman dan Prancis;
panglima Richard yang mendapat julukan “si berhati singa” telah
berhasil menguasai banyak medan peperangan dan bersiap sedia menaklukan kota
suci. Pada saat itu munculah seorang panglima yang gagah berani dari tentara
Islam yang bernama Salahudin Al Ayubi.
Siapa Salahudin Al Ayubi?
Ia lahir tahun 1137 M. ayahnya bernama Najmuddin Ayub, dan
pamannya bernama Asaduddin Sherkoh. Keduanya merupakan pembantu Raja
Syiria Nuuruddin Mahmud. Bahkan pada 8 Januari 1169, Sherkoh diangkat sebagai
menteri sekaligus panglima perang oleh Khalifah Fathimiyah Mesir. Pada saat
itu, Salahuddin menjabat Perdana Menteri Mesir. 2 tahun kemudian, pamannya,
Sherkoh wafat. Disusul oleh wafatnya khalifah. Salahuddin mendapat simpati dan
kepercayaan dari para pejabat dan rakyat untuk menjadi Sultan negara Mesir. Tak
berapa lama, negeri Syiria yang dipimpin oleh raja belia Malikus Saleh (anaknya
Nuruddin Mahmud). Raja belia tersebut amat lemah sehingga Syria pun dikepung
oleh pasukan jerman (salib) dan diharuskan membayar upeti kepada mereka.
Khalifah Shalahuddin pun turun membela negara Syria. Raja yang masih muda,
Malikus Saleh, tak berapa lama wafat (1181-1182). Maka Salahudin diangkat oleh
bangsa Syria sebagai khalifah di negeri Syria. Jadi, Sultan Salahuddin
diamanati dua negara, yaitu Mesir dan Syria.Pada saat itu, perang salib sedang
berkecamuk. Kemunculan dan keberanian Sultan Salahuddin membuat nyali tentara
salib ciut. Gencatan senjata diajukan oleh pasukan salib Jerman dibawah
pimpinan Frank terhadap Sultan. Adapun sultan, ia selalu mentaati perjanjian,
berbeda dengan pasukan salib. Ahli sejarah berkebangsaan Prancis bernama
Michoudmenulis: “Pasukan Muslimin menghormati perjanjian bersama itu, sedangkan
pasukan kristen menunjukan tanda-tanda melakukan peperangan yang baru.” Benar
saja tak berapa lama, pemimpin Kristen bernama Renauld atau Reginald dari
Chatillon menyerang rombongan umat muslim Islam yang melewati markas mereka,
membantainya, dan merampas barang-barangnya.Tindakan tersebut membuat Sultan
Salahudin turun tangan. Dengan kejadian tsb Sultan bebas bertindak terhadap
pasukan kristen, sebab mereka telah melanggar lebih dahulu. Sultan melakukan
strategi jitu terhadap tentara kristen, tahun 1187, pasukan sultan menjebak
pasukan musuh didekat Bukit Hittin dan berhasil menaklukannya tanpa mendapat
perlawanan berarti. Maka jatuhlah kawasan Hittin kepada pasukan Muslim. Dalam
suatu gerakan cepat, pasukan sultan merebut daerah dan negara-negara yang
semula telah dikuasai pasukan salib. Pasukan muslimin dibawah pimpinan Sultan
berhasil merebut Nablus, Jericho, Ramlah, Caesarea, Asruf, Jaffa, dan Beirut.
Merebut Kembali Darussalam (Yerussalem)
Pada saat itu, Yerussalem berada di bawah penguasaan pasukan
Salib. Terdapat 60.000 pasukan kristen di sana. Pasukan muslim di bawah komando
Sultan Salahuddin bergerak masuk ke kota suci tersebut. Pasukan kristen
gentar dan akhirnya menyerah tak berkutik kepada pasukan Muslim. Apa yang
dilakukan pasukan Sultan setelahnya menaklukan kota Jerussalem? Mereka tidak
melakukan kerusakan, tidak melakukan pembantaian, bahkan mereka menunjukan
akhlak terpuji; hal ini sangat berbeda dengan sikap pasukan kristen di bawah
pimpinan Titus saat merebut kota Jerussalem dari tangan umat Islam dimana
mereka membantai dan mengusir penduduk secara tak berperikemanusiaan. Sejarah
mencatat bahwa pembantaian orang kristen terhadap umat Islam disaat merebut
Jerussalem berjumlah 70.000 orang Islam sipil dibunuh secara kejam. Pembantaian
tsb terjadi 90 tahun sebelum Sultan Salahudin merebut kembali Jerussalem. Saat
pasukan Muslim menguasai kota Jerussalem para penduduk beragama kristen
dibiarkan tinggal di Jerussalem. Kecuali para tentara kristen diminta untuk
meninggalkan kota. Para tentara tsb juga ditahan dan diminta memberikan tebusan
sebesar yang mereka rampas selama pendudukan jerusalem. Namun, Sultan Salahudin
yang baik hati seringkali memberikan uang tebusan sendiri dan memberi ongkos.
Bahkan ia tak tega jika ada seorang ibu yang menggendong anaknya meminta agar
suaminya (tentera kristen) dibebaskan tanpa syarat atau memberi bekal untuk
perjalanan pulang ke negara asal (eropah).
Pergerakan Pasukan Sultan
Pasukan Sultan bergerak ke Tyre. Di sana menemukan pasukan salib
(yang telah dibebaskan) sedang menyusun kekuatan kembali. Mereka langsung
dilumpuhkan pasukan sultan. Pasukan muslim berhasil merebut kembali kota yang
sebelumnya direbut pasukan salib, seperti kota Laodicea, Jabala, Saihun,
Becas, Bozair, dan Derbersak. Sultan Salahudin juga berhasil menangkap
bangsawan kristen bernama Guy de Lasignan. Kemudian Sultan membebaskannya
dengan syarat ia harus segera pulang ke Eropa. Namun, Lasignan berkhianat, ia
mengumpulkan tentara kristen untuk menyerang kembali kemudian mereka mengepung
kota Ptolemais.
Saat Jerussalem jatuh ke pasukan sultan. Bangsa-bangsa di eropa
kaget. Mereka menurunkan bantuan tentara salib. Raja-Raja Jerman
dan Prancisbergerak, serta Raja Inggris bernama Richard—si berhati
singa—bergerak untuk merebut kembali Jerussalem. Mereka mengepung
Acre (Acre) berbulan-bulan sehingga banyak orangorang Islam menderita
kelaparan dengan keadaan yang sangat mengenaskan. Atas tindakan Raja
Inggris, yaitu Richard, maka muncullah kemarahan Sultan Salahuddin.
Pasukan muslim bergerak. Dalam sebelas kali pertempuran, pasukan kristen
berhasil dilumpuhkan oleh pasukan muslim. Atas kekalahan beruntun, Raja
Richard mengajukan perjanjian damai dengan Sultan Salahuddin. Pada bulan
September 1192 berakhirlah perang salib. Para pasukan salib diperintahkan
meninggalkan kota suci Jerussalem, mereka memanggul kopor pulang ke eropa.Seorang
ahli kristen bernama Michoud menyatakan: “Pasukan gabungan Barat (Pasukan
Salib atau Pasukan Kristen) tidak bisa mendapat apa-apa kecuali merebut
Akra danmenghancurkan kota Ascalon. Dalam perang ini, pasukan eropa
menderita kerugian yang besar. Dari 600.000 pasukan (6 lakh) yang diutus dalam
perang salib, termasuk pasukan-pasukan terbaik dan para ksatria pilihan, namun
hanya 100.000 pasukan (1 lakh) saja yang pulang ke Eropa.” Jerussalem atau
Darussalam yang di dalamnya terdapat Masjidil Aqsha akhirnya kembali ke
tangan muslim di bawah kepemimpinan Sultan Salahuddin Al Ayubi setelah
dikuasai selama 90 tahun oleh pasukan salib. Kota Darussalam kembali aman dan
damai. Berbondong-bondong umat Islam melaksanakan shalat di Masjidil Aqsha.
Demikian juga umat kristen diberi kebebasan untuk berkunjung ke tempattempat
bersejarah peninggalan Yesus. Demikianlah Sultan Salahuddin mampu menjaga
keamanan kota suci ketiga umat Islam, yakni Darussalam (Jerussalem).
Sangatlah penting menjaga keamanan Darussalam sebab disanalah pusat dakwah
nabi-nabi terkemuka. Di kota tersebut banyak peninggalan sejarah dari semenjak
Nabi Ibrahim, Nabi Ishak, Nabi Yaqub, Nabi Musa-Harun, Nabi Daud sampai
Nabi Sulaiman. Yang dilanjutkan oleh Keluarga Imran (Ali Imran), Nabi Zakariya,
Nabi Yahya, Siti Maryam, sampai Nabi Isa. Itulah Sultan Salahudin seorang
pimpinan yang salih berhasil menciptakan ketentaraman umat Islam melalui
mewujudkan ketentraman tiga kota suci yaitu Mekkah, Madinah, dan Darussalam.
Trilogi Peperangan
Bagi memperkukuhkan tentera Islam, Salahuddin meminta negara
Islam diurus di bawah satu pemerintahan. Walaupun cadangannya tidak
dipersetujui sesetengah pihak termasuk pemimpin Syria, cita-cita Salahuddin itu
termakbul.
Dalam bulan Zulkaedah 570 Hijrah (Mei 1175 Masihi), khalifah
Abbasiyyah mengisytiharkan Salahuddin al-Ayubi sebagai Sultan Mesir dan
menggelarkan dirinya sebagai Sultan al-Islam wa al-Muslimin. Pada tahun itu
juga beliau membina kota pertahanan di Kaherah.
Pada tahun 583 Hijrah (1187 Masihi) berlaku Perang Salib kedua,
yang juga dikenali sebagai Perang Hittin. Peperangan ini dipimpin sendiri oleh
Salahuddin al-Ayubi hingga membuka jalan mudah untuk menawan kembali
Baitulmaqdis.
Pada tahun 588 Hijrah (1192 Masihi) berlaku Perang Salib ketiga,
hasil dendam dan kekecewaan golongan pembesar Kristian. Mereka berusaha
merampas semula Baitulmaqdis daripada orang Islam. Walaupun perang Salib yang
ketiga itu menggabungkan seluruh kekuatan negara Kristian, mereka tidak mampu
menggugat kekuatan tentera Salahuddin al-Ayubi.
Pihak Kristian mengalami kekalahan dan ramai tentera terbunuh
dan tertawan. Baitulmaqdis yang dikuasai orang Kristian selama 88 tahun, dapat
ditakluki semula oleh Salahuddin al-Ayubi.
Lane-Poole (penulis Barat) mengesahkan, kebaikan hati Salahuddin
mencegahnya daripada membalas dendam. Beliau menulis bahawa Salahuddin
menunjukkanketinggian
akhlaknya ketika orang Kristian menyerah kalah. Tenteranya sangat
bertanggungjawab, menjaga peraturan di setiap jalan, mencegah segala bentuk
kekerasan sehingga tidak ada kedengaran orang Kristian dianiaya.
Selanjutnya Lane-Poole menuliskan mengenai tindak-tanduk tentera
Kristian ketika menawan Baitulmaqdis kali pertama pada 1099. Tercatat dalam
sejarah bahawa ketika Godfrey dan Tancred menunggang kuda di jalan-jalan
Jerusalem, jalan itu dipenuhi mayat, orang Islam yang tidak bersenjata diseksa,
dibakar dan dipanah dari jarak dekat di atas bumbung dan menara rumah ibadat.
Darah membasahi bumi yang mengalir daripada pembunuhan orang
Islam secara beramai-ramai. Ia juga mencemarkan kesucian gereja yang sebelumnya
mengajar sifat berkasih sayang. Orang Kristian sangat
bertuah apabila mereka dilayan dengan baik oleh Salahuddin.
Akhir Riwayat
Beliau mempersembahkan keseluruhan hidupnya untuk jihad di jalan
Allah.Semasa
berjihad Salahuddin al-Ayyubi selalu membawa sebuah peti tertutup yang amat
dijaganya. Orang terdekat menyangka terdapat berbagai batu permata dan benda
berharga tersembunyi di dalamnya.Tetapi selepas wafatnya
apabila peti dibuka maka yang ditemui hanyalah sehelai surat wasiat dan kain
kafan yang dibeli dari titik peluhnya sendiri dan sedikit tanah.
Apabila surat itu dibuka tertulis ” Kafankanlah aku dengan kain kafan yang
pernah dibasahi air zam-zam ini, yang pernah mengunjungi kaabah yang mulia dan
makam Rasulullah s.a.w. Tanah ini ialah sisa-sisa masa perang, buatkanlah
darinya ketulan untuk alas kepalaku di dalam kubur”
Dari tanah tersebut dapat dibuat 12 ketulan tanah yang hari ini
terletak di bawah kepala Salahuddin al-Ayyubi. Setiap kali Salahuddin al-Ayyubi
kembali dari berperang yang dimasuki bertujuan berjihad kepada Allah, beliau
akan berusaha mengumpulkan tanah-tanah yang melekat pada muka dan pakaiannya
dan meletakkannya di dalam peti rahsia itu. Beliau telah berjaya mengumpulkan
tanah yang boleh dibuat 12 ketulan, kiralah
berapa banyak pertempuran yang dihadapinya kerana berjihad bagi menegakkan
kalimah Allah!!
Ketika hayatnya, beliau lebih banyak berada di khemah perang
daripada duduk di istana bersama keluarga. Siapa saja yang menggalakkannya berjihad
akan mendapat kepercayaannya. Apabila hendak memulakan jihad melawan tentera
salib, beliau akan menumpukan seluruh perhatiannya kepada persiapan perang dan
menaikkan semangat tentera.
Di medan perang, beliau bagaikan seorang ibu garang kehilangan
anak tunggal. Beliau bergerak dari satu hujung medan peperangan ke hujung yang
lain untuk mengingatkan tenteranya supaya benar-benar berjihad di jalan Allah.
Beliau juga akan pergi ke seluruh pelosok tanah air dengan mata
yang berlinangan mengajak manusia supaya bangkit membela Islam. Beliau
meninggal dunia pada 27 Safar 589 Hijrah (1193 Masihi) pada usia 55 tahun di
Damsyik, Syria slepas memerintah selama 25 tahun. Beliau sakit selama 14 hari
sebelum menghembuskan nafas terakhir.
Pernah satu ketika, Salahuddin Al-Ayyubi menyuruh wazirnya
balutkan tubuh dia dengan kain kafan tapi Salahuddin Al-Ayyubi pesan supaya
tangannya dibiarkan terbuka. Wazirnya menjawab “Aku tidak sanggup
melakukannya”. Kata Salahuddin Al-Ayyubi, “Kalau begitu, engkau lakukannya di
saat aku mati nanti. Sampai waktunya yang telah ditetapkan, Salahuddin
menghembuskan nafas yang terakhir. Wazirnya melaksanakan pesan Salahuddin
Al-Ayyubi. Seluruh tubuhnya dibalut dengan kain kafan kecuali tangannya
dibiarkan terbuka. Semasa jenazah diusung, ramai la yang melihat tangan
Salahuddin Al-Ayyubi tak berbalut. Mereka bertanya kepada wazir Salahuddin
Al-Ayyubi “Kenapa engkau biarkan tangannya dibiarkan terbuka?” Jawab wazir
tersebut, “Baru kini aku mengerti. Salahuddin Al-Ayyubi ingin menunjukkan
bahawa tiada ada apa yang akan dibawa ketika mati nanti.”
Sinopsis
Kepiawaian Sultan Salahuddin menaklukan pasukan salib
tidak hanya dikenal oleh umat Islam, melainkan ia juga telah menjadi legenda
bangsa Eropa. Sultan Salahuddin yang wafat 4 Maret 1193, tidak lama setelah
merebut kota suci, telah meninggalkan keteladanan yang sangat berkesan dalam
ingatan umat Islam. Ia melambangkan seorang panglima yang penyayang, sederhana,
dan memperlakukan non-Muslim dengan perlakuan yang manusiawi. Tidaklah heran
jika ia tidak hanya menjadi panutan muslim, melainkan ia pun disegani oleh
balatentara dari eropa, bahkan sampai kini Sultan Salahuddin tetap menjadi
panutan mereka. Jamil Ahmad mengutip pernyataan Philip K. Hitti,
seorang ilmuwan Eropa: “Sikap terpuji Sultan Salahudin telah menyentuh
imajinasi penulis-penulis kisah berbahasa Inggris, para penulis novelis
modern dan ia juga selalu dikenang sebagai suri teladan bagi kesopanan dan
kekesatriaan.”